Mengenal Sejarah Panjang Dota 2 yang Pernah Populer di 2023
Dota 2 merupakan tidak benar satu game dengan komunitas yang terlalu besar di dunia. Tidak hanya dimainkan oleh pecinta game lokal yang tidak heran banyak sekali player moba yang bermain ataupun pindah jadi player dota 2. Pasalnya, di Tanah Air, game esports yang kondang sebenarnya mobile game. Karena itu, jangan heran kecuali tidak banyak organisasi esports yang punya tim Dota 2 atau game PC lainnya pas ini. Maka tak heran kecuali klub esport di Indonesia jarang mengakses divisi untuk game Dota 2. Hanya segelintir orang yang terlalu mengikuti pertumbuhan game tersebut.
MOBA yang Lebih Dinamis berkat Fitur yang Lebih Kaya di Warcraft III
Tidak lama sehabis AoS booming, Blizzard merilis Warcraft III: Reign of Chaos yang legendaris terhadap tanggal 3 Juli 2002. Game ini tawarkan mekanisme gameplay yang belum dimiliki oleh Starcraft layaknya level terhadap hero, tingkat ability, dan progres item yang dinamis.
Kepopuleran AoS ternyata tidak berhenti sehabis Warcraft III dirilis. Mengikuti keberhasilan dan kepopuleran StarEdit, Blizzard termasuk memberikan fitur World Editor didalam game terbarunya tersebut. Konsep AoS yang di terima dengan baik oleh semua pemain inginkan dihidupkan kembali dengan custom map di Warcraft III.
Defense of the Ancients Beta 2
Dari semua custom map berkonsep AoS yang dibuat di Warcraft III, hanya tersedia satu yang jadi paling populer. Custom map berikut dibuat oleh seorang modder berinisial Eul dan karyanya diberi judul Defense of the Ancients Beta 2.
Versi pertama Defense of the Ancients ini kurang lebih udah melukiskan apa yang tersedia di didalam versi penerusnya. Terdapat tiga lane, gold untuk belanja dan upgrade item, pilihan hero Sentinel dan Scourge yang punya mekanisme level up dan ability scaling, serta Ancient di masing-masing kubu untuk dihancurkan.
Satu tahun sesudah itu tepatnya terhadap tanggal 1 Juni 2003, Blizzard merilis ekspansi Warcraft III: Frozen Throne. Ekspansi ini memberikan beberapa perbaikan didalam segi gameplay (mengurangi bug) dan menambah unit-unit baru untuk dimainkan. Artinya, bakal tersedia lebih banyak aset untuk diikutsertakan ke didalam custom map di https://himabiofmipaunm.org/
DotA 2: Thirst for Gamma yang “Gagal”
Selepas perilisan Frozen Throne, Eul memastikan untuk berhenti berasal dari pengembangan Defense of the Ancients (DotA) dan mencoba membuat sekuelnya yang diberi nama DotA 2: Thirst for Gamma. Ia menjanjikan mekanisme permainan yang lebih menantang, luas, dan bervariatif untuk elemen kompetitif.
Namun, DotA 2: Thirst for Gamma tidak dulu sukses mencuri hati para pemain Warcraft III, baik itu yang udah bermain DotA pada mulanya atau baru mengenal genre MOBA. Terdapat beberapa spekulasi alasan yang jadi penyebab utama ketidakpopuleran sekuel tersebut. Salah satunya adalah game berikut hampir tidak sanggup dimainkan dengan layak, dengan kata lain unplayable.
Pemain beberapa kali mengeluhkan banyak sekali bug yang tetap tertinggal didalam Thirst for Gamma supaya mengganggu jalannya permainan. Gameplay yang kurang sepadan dan kompleksnya mekanisme permainan pas itu termasuk jadi tidak benar satu alasan mengapa Thirst for Gamma gagal mengejar kepopuleran DotA.
Lahirnya DotA Allstars Beta berkat Open Source
Eul sesudah itu “menghilang” sehabis mengakses akses source code DotA ke semua modder (menjadikannya open source). Berkat itu, versi-versi lain berasal dari DotA lahir berasal dari kreatifitas para komunitas layaknya DotA DX dan DotA Unforgiven. Dua judul berikut hanyalah segilintir berasal dari banyaknya versi yang tersedia di luar sana dengan pilihan hero-hero yang terlalu bervariasi.
Melihat banyaknya variasi DotA, dua modder bernama Meian dan Ragn0r memastikan untuk menggabungkannya ke didalam satu map. Pada tanggal 3 Februari 2004, sebuah custom game berjudul DotA Allstars Beta v0.95 dirilis. Map ini berisikan kompilasi hero berasal dari berbagai versi DotA di luar sana. Tidak lama, komunitas DotA segera mengusung map ini sebagai versi terbaik untuk dimainkan terhadap pas itu.
Peran Meian dan Ragn0r didalam pengembangan DotA Allstars hanya berlangsung sepanjang satu bulan, sebelum mereka memberikan wewenang penuh kepada modder jenius bernama Steve “Guinsoo” Feak. Pada bulan Maret 2004, Guinsoo merilis DotA Allstars versi 3.xx dan selang satu bulan sesudah itu ia merilis versi 4.xx.